Assalamualaikum Sahabat Kuncimedia
Salam Berbudi.....Sebagian
besar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik di lingkungan
Kementerian Perindustrian terserap di berbagai perusahaan dalam waktu kurang
dari enam bulan setelah wisuda. Hal ini karena sistem pendidikan yang
diterapkan adalah berbasis vokasi dan kompetensi yang mengusung konsep link and
match dengan industri.
“Kami
memiliki sembilan SMK, sembilan Politeknik, dan satu Akademi Komunitas yang
telah menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
Sebanyak 99 persen para lulusan kami sudah terserap industri pada saat wisuda.”
kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Wisuda SMK – Sekolah
Menengah Analis Kimia Bogor (SMAKBO) di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (23/9).
Pada
tahun ini, sekolah menengah vokasi binaan Kemenperin yang berlokasi di Kota
Hujan tersebut meluluskan sebanyak 250 analis kimia. Dari angkatan ke-59 SMAKBO
ini, 248 siswa di antaranya sudah diterima bekerja dan ada yang melanjutkan
pendidikan tingkat tinggi. Sisanya dua orang lulusan masih dalam tahap
rekrutmen di perusahaan.
“SMAKBO
merupakan pionir bagi SMK di lingkungan Kemenperin, yang terus menjaga
kualitasnya dengan baik sehingga juga menjadi contoh bagi pengembangan sekolah
kejuruan lainnya,” paparnya. Berdiri
sejak tahun 1950, SMAKBO telah meluluskan sebanyak 7.063 analis kimia.
Airlangga
mengungkapkan, seluruh lulusan SMAKBO yang diwisuda ini telah lulus uji
kompetensi dan mendapatkan sertifikat kompetensi. Selain itu, sebanyak 235
lulusan atau 94 persen telah mendapatkan sertifikat kompetensi interrnasional
dari VAPRO Belanda. Bahkan, SMAKBO tercatat sebagai SMK dengan nilai Ujian
Nasional (UN) tertinggi se-Indonesia.
“Kami
yakin industri nasional akan maju dan berkembang karena adik-adik punya
kesempatan belajar lebih baik di sini, di mana satu siswa bisa punya dua sampai
tiga sertifikat kompetensi,” ujarnya. Menurut Menperin, pertumbuhan industri
ditentukan oleh tiga faktor penting, yaitu investasi, teknologi dan sumber daya
manusia (SDM). Ketersediaan SDM yang kompeten akan mendorong peningkatan
produktivitas dan menjadikan industri lebih berdaya saing.
Menperin
juga menyebutkan, keunggulan lain dari unit pendidikan di bawah naungan
Kemenperin adalah memiliki spesialisasi bidang industri tertentu serta didukung
dengan peralatan yang menunjang dan modern. Misalnya dilengkapi ruang workshop,
laboratorium, dan teaching factory yang sesuai digunakan industri saat ini.
“Kami juga memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan Tempat Uji Kompetensi
(TUK) untuk penyelenggaraan sertifikasi kompetensi,” imbuhnya.
Alhasil,
dalam rapat terbatas bidang vokasi dengan para Menteri Kabinet Kerja, Presiden
Joko Widodo mengarahkan kepada Kemenperin agar menjadi leading ministry atau
rujukan untuk pengembangan pendidikan vokasi industri berbasis kompetensi yang
link and match dengan industri secara nasional.
“Hal
ini sejalan dengan program prioritas pemerintah saat ini dalam pembangunan
nasional, salah satunya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang dilakukan melalui penguatan pendidikan vokasi industri,” papar Airlangga.
Penyelarasan
kurikulum
Pemerintah
telah menetapkan arah pengembangan pendidikan vokasi agar mengacu pada konsep
pendidikan dual system dari Jerman, yaitu pendidikan yang mengintegrasikan
pembelajaran di kampus dengan praktik kerja di industri.
Oleh
karena itu, Kemenperin tengah fokus meluncurkan program pendidikan vokasi
industri yang link and match antara industri dengan SMK di seluruh provinsi di
Indonesia. Hingga tahun 2019, ditargetkan sebanyak 355 industri mampu terlibat
dan membina 1.775 SMK dalam pelaksanaan program tersebut.
“Langkah
ini sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Revitalisasi SMK,” ujar Menperin. Dalam program ini, setiap perusahaan diminta
untuk membina sekurang-kurangnya lima SMK di sekitarnya sehingga pada tahun
2019 akan dihasilkan sebanyak 845 ribu lulusan SMK yang kompeten dan
tersertifikasi sesuai dengan kebutuhan industri.
“Kami
telah melakukan launching program pendidikan vokasi industri di wilayah Jawa
Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogayakarta serta Jawa Barat,” sebut Airlangga.
Selanjutnya akan dilaksanan untuk Wilayah Sumatera bagian Utara, yang meliputi
D.I. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau pada awal
Oktober 2017 di Medan, dan diteruskan pada wilayah lain di Indonesia.
Di
Jawa Timur, Kemenperin melibatkan 50 perusahaan dan 234 SMK, di Jawa Tengah
sebanyak 117 perusahaan dan 392 SMK, serta di Jawa Barat yang diresmikan oleh
Presiden Joko Widodo, melibatkan 141 perusahaan dan 393 SMK.
Sebagai
tindak lanjut peluncuran dari program tersebut, Kemenperin telah melakukan
penyelarasan kurikulum untuk 25 kompetensi keahlian bidang industri yang ada di
Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang juga telah disiapkan modul pembelajarannya.
“Saat ini telah disusun penyelarasan kurikulum dan silabus untuk sembilan
kompetensi keahlian lainnya pada SMK di Jawa Barat yang juga sedang disusun
modul pembelajarannya,” kata Menteri Airlangga.
Untuk
mendukung implementasi kurikulum hasil penyelarasan dengan kebutuhan industri,
Kemenperin menyiapkan pula pelatihan untuk guru-guru bidang studi produktif
serta mengusulkan anggaran melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk bantuan
mesin dan peralatan praktik minimum untuk SMK, yang dialokasikan sebesar 500
juta per SMK. Semoga informasi ini bermanfaat.